Pada hari Jum’at, 05 September 2025, bertempat di Aula Rektorat Lantai 5 Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, telah dilaksanakan kegiatan Seminar dan Workshop Internasional yang diselenggarakan oleh Program Studi Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam (BKPI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Acara ini menghadirkan narasumber Dr. Azizah Abdullah serta moderator Mhd. Subhan, M.Ed., Ph.D., CHt. Kegiatan dimulai pada pukul 07.00 WIB dengan registrasi peserta, dilanjutkan dengan penampilan dari Tim Hadroh yang menambah suasana khidmat, serta tarian tradisional Lemak Manis oleh mahasiswi BKPI angkatan 2023 yang menghadirkan nuansa budaya Melayu nan elegan. Selanjutnya, acara resmi dibuka oleh Master of Ceremony (MC) Elvi Yani dan Lenny Putri Riasa, diikuti pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Wina Jultari, kemudian menyanyikan Lagu Indonesia Raya, Lagu Kebangsaan Malaysia, dan Mars UIN Suska Riau dengan dirigen Dewi Tri Lestari.

Acara berlanjut dengan sambutan pertama oleh Ibu Suci Habibah, M.Pd. selaku Ketua Prodi BKPI, yang menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai media pembelajaran dan kolaborasi. Sambutan kedua disampaikan oleh Prof. Dr. Amirah Diniaty, M.Pd., Kons. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, yang secara resmi membuka acara serta menyampaikan apresiasi kepada panitia, mahasiswa, dan mitra guru BK dari Malaysia. Doa bersama yang dipimpin oleh Muallim Hasibuan menutup rangkaian acara pembukaan, kemudian dilanjutkan dengan sesi foto bersama.
Memasuki acara inti, moderator Mhd. Subhan, M.Ed., Ph.D., CHt. memandu jalannya seminar. Narasumber Dr. Azizah Abdullah kemudian menyampaikan materi tentang konsep, manfaat, serta penerapan Art Therapy dalam praktik konseling. Dalam pemaparannya, beliau menegaskan bahwa art therapy memiliki kekuatan terapeutik yang dapat membantu anak maupun remaja mengekspresikan masalahnya melalui media seni. Seni dipandang bukan sekadar aktivitas estetika, melainkan intervensi kreatif yang dapat menjadi sarana konseling efektif.

Dr. Azizah Abdullah juga menjelaskan beberapa objektif utama program, yakni memahami art therapy secara komprehensif, menerapkan teori ke dalam praktik konseling, menguasai teknik penilaian, serta memperdalam pemahaman konselor mengenai fungsi seni dalam terapi. Beliau turut memaparkan alasan pentingnya art therapy, antara lain menjadi media bagi klien dalam mengungkapkan masalah, mendukung pendekatan kesehatan mental, menyediakan ruang aman untuk intervensi, serta membantu meningkatkan kemampuan kognitif.
Selain itu, beliau membedakan antara art therapy dan sekadar kegiatan melukis, menegaskan pentingnya penerapan art therapy di sekolah, serta menjelaskan teknik penilaian yang dapat dilakukan melalui aktivitas kreatif, permainan, dan intervensi berbasis seni lainnya. Tidak lupa, beliau menekankan bahwa pelaksanaan art therapy harus memperhatikan etika konseling agar tetap terarah, aman, dan bermanfaat bagi konseli. Para peserta, baik mahasiswa BKPI maupun guru Bimbingan dan Konseling dari Malaysia, mengikuti materi ini dengan penuh antusiasme.
Mereka memperoleh wawasan baru bahwa seni dapat menjadi kekuatan terapeutik yang efektif dalam mendukung kesehatan mental individu. Setelah penyampaian materi, kegiatan dilanjutkan dengan sesi workshop praktik art therapy. Pada tahap ini, mahasiswa BKPI dibagi ke dalam kelompok kecil bersama 75 orang guru BK dari Malaysia. Setiap guru mendampingi 2–3 mahasiswa, sehingga tercipta suasana belajar yang interaktif dan mendalam. Mahasiswa diberi kebebasan memilih guru pendamping, kemudian bersama-sama mempraktikkan teknik konseling berbasis seni.


Workshop berlangsung dengan penuh kehangatan. Banyak mahasiswa menunjukkan ekspresi yang terbuka, penuh emosi, bahkan terharu saat menjalani proses konseling. Interaksi ini menjadi pengalaman nyata yang sangat berharga bagi mahasiswa, karena tidak hanya memperkuat keterampilan praktik konseling, tetapi juga memberi ruang refleksi personal. Para guru BK dari Malaysia pun memberikan apresiasi atas keterbukaan mahasiswa dalam mengikuti proses art therapy.
Setelah sesi praktik berakhir, dilaksanakan refleksi singkat yang diikuti mahasiswa dan guru konselor Malaysia. Beberapa peserta menyampaikan kesan mendalam tentang pengalaman yang mereka peroleh, baik dari sisi ilmu maupun emosi. Kegiatan kemudian ditutup dengan sesi foto bersama antara mahasiswa BKPI dengan guru BK Malaysia, dosen pendamping, dan panitia. Usai berfoto, seluruh peserta kembali ke tempat masing-masing untuk mendengarkan penutupan resmi oleh MC, sehingga acara berakhir dengan tertib dan penuh kebersamaan.
Dengan demikian, kegiatan Seminar dan Workshop Internasional “Art Therapy dalam Praktik Konseling” pada hari pertama telah terlaksana dengan baik, lancar, dan penuh antusiasme. Kegiatan ini bukan hanya menjadi ajang akademik, tetapi juga ruang berbagi pengalaman yang memperkaya pemahaman serta keterampilan mahasiswa dalam praktik konseling kreatif.
